Archive for Ogos 2010

Menunjukkan jaguh rupanya ada tujuan lain.

APA KATA MAJALAH KOMPAS, INDONESIA.

Malaysia berulah – Surat Presiden Tunjukkan Indonesia Lemah

Laporan wartawan KOMPAS Imam Prihadiyoko: Sabtu, 28 Agustus 2010 | 11:22 WIB

Indonesian activist (L) burns a poster a Malaysian flag during an anti-Malaysia protest in Jakarta on August 17, 2010 following the arrest of three Indonesian maritime officers over an apparent border dispute. Indonesia is highly sensitive about its territorial integrity since losing the tiny islands of Sipadan and Ligitan off the northeastern coast of Borneo disputed since 1969 to Malaysia following a 2002 ruling by the International Court of Justice.

TERKAIT:

* Indonesia Ini Ramah atau Bodoh?

* Indonesia Ajak Malaysia Berdamai

* Rakyat Berteriak, Ke Mana Para Pemimpin?

* Rieke: Putuskan Hubungan Diplomatik

* Jika Aku WNI, Aku Pun Akan Marah

JAKARTA, KOMPAS.com — Surat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dikirimkan kepada Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Tun Najib Razak, Jumat (27/8/2010), mengenai ajakan damai menyelesaikan kemelut atau hubungan tidak serasi antara Indonesia-Malaysia akhir-akhir ini, dinilai bukan cara yang tepat untuk berdiplomasi, kecuali menunjukkan Indonesia hanyalah negara kecil sekaligus lemah.

Dengan menyampaikan surat seperti itu, Presiden SBY dapat melukai perasaan bangsa yang sejauh ini sering diperlakukan rendah oleh pihak Malaysia.

Hal tersebut dikemukakan Syahganda, Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle (SMC), di Jakarta, Sabtu (28/8/2010). Menurutnya, dengan menyampaikan surat seperti itu, Presiden SBY dapat melukai perasaan bangsa yang sejauh ini sering diperlakukan rendah oleh pihak Malaysia.

“Seharusnya Presiden SBY tidak serta-merta mengirim ajakan berdamai karena bangsa kita tidak bersalah kepada Malaysia, apalagi Indonesia merupakan negara besar sehingga Presiden SBY tidak patut melakukannya dengan serendah itu,” jelas Syahganda.

Dengan surat tersebut, kata Syahganda, Malaysia bukan malah menghargai Indonesia di panggung internasional ataupun dalam hubungan kedua negara, tetapi sebaliknya akan semakin memandang enteng Indonesia.

“Sebab, kita adalah bangsa dan negara yang mudah digertak serta ditakut-takuti oleh siapa pun, khususnya Malaysia selaku negara kecil,” tegasnya.

Sikap yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui suratnya juga dipandang mantan Direktur Eksekutif Center for Information dan Development Studies (CIDES) itu tidak berpatokan pada semangat diplomasi yang menjunjung kemartabatan bangsa.

“Dengan begitu, kesannya kita ini adalah bangsa yang suka mengalah, dengan Presiden yang juga selalu ingin mengalah,” ujar Syahganda, seraya mengutip falsafah hidup yang dipegang erat bangsa ini, terutama bagi orang Jawa, yakni tidak ada kamus mengalah jika martabat bangsa yang diganggu.

APA KATA adi-rawi.blogspot.com, PROFESOR WARGA INIDONESIA LECTURER DI MALAYSIA.

Ada Udang Dibalik Batu

Dalam sengketa RI-M`sia nampaknya satu persatu udang yang bersembunyi dibalik batu itu telah keluar menampakkan dirinya;

1. Ada TNI/Polri yang mau kembali ditakuti dan disegani seperti zaman orde baru Soeharto Lagi. Mereka juga sudah mulai meminta anggarannya yang 100 Triliyun itu ditambah.

2. Ada SBY yang tetap dengan politik mencari simpatinya, terutama usaha2 partai Demokrat untuk menjadikan SBY sebagai presiden seumur hidup.

3. Ada Koruptor yang menginginkan sengketa ini berjalan terus (kalau bisa berperang) agar kasus2 mereka dalam perampokan uang rakyat hilang begitu saja.

4. Ada pendukung partai politik yang memiliki nama lain yaitu Bendera yang coba menyembunyikan muka. Mereka sebenarnya adalah pendukung parpol tertentu di Indonesia yang calonnya kalah dalam pemilihan presiden lalu.

Sebagai Rakyat yang Terdidik, saya tidak akan mau menjadi rakyat BODOH, sapi perahan, kambing hitam yang mau dijadikan tumbal korban kepentingan elit dinegara ini…

Afriadi Sanusi: KL, 28/08/2010

++++++++++++++++

Rakyat Indonesia yang intelek dapat membaca gerak tersembunyi. Hanya jauhari mengenal maknikam. Jelas yang meniup api permusuhan ialah penjarah harta negara Indonesia, dan yang menjadi kuda tunggangan ialah rakyat.

Rakyat Indonesia harus bijak berfikir.

Jika Malaysia dan Indonesia putus hubungan, siapa yang bersorak untung dan siapa yang menangis rugi.

APA KATA MAJALAH KOMPAS, INDONESIA

Malaysia Arogan

Rieke: Putuskan Hubungan Diplomatik: Jumat, 27 Agustus 2010 | 13:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi IX DPR RI, Rieke Diah Pitaloka, menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berani mengambil sikap tegas terhadap pihak Malaysia jika tidak memperlihatkan iktikad baik. “Putuskan hubungan diplomatik, tidak perlu memakai argumen ‘saudara serumpun’,” ujar Rieke di Gedung Nusatara III DPR RI, Jakarta, Jumat (27/8/2010).

Putuskan hubungan diplomatik, tidak perlu memakai argumen saudara serumpun.– Rieke Diah Pitaloka

Rieke, yang selalu mengkritisi masalah tenaga kerja, angkat bicara terhadap sejumlah TKI yang saat ini berada di Malaysia. Hal ini merupakan buntut dari peristiwa Tanjung Berakit yang menyebabkan hubungan Indonesia-Malaysia semakin memanas dan merembet ke masalah lain.

Nota protes Indonesia yang dibalas dengan protes ini menjadi semakin meruncingkan permasalahan. Apalagi dengan adanya imbauan travel advisory dari Menteri Luar Negeri Malaysia kepada warga negara Malaysia yang berada di Indonesia.

Kemudian sikap lamban Presiden SBY pun justru semakin memperkeruh suasana di dalam negeri. Seperti yang diungkapkan Anggota Komisi I DPR RI, Lily Wahid, bahwa dirinya tidak paham dengan pemerintahan SBY yang seperti penakut.

“Menurut KPU, SBY dipilih 60 persen suara. Kami akui itu, tapi tugas utama dia adalah menjaga negara, kenapa beliau takut. Saya yakin seluruh rakyat pasti akan bantu. Saya betul-betul tidak paham apa yang ditakutkannya,” ungkap Lily.

APA KATA DETIKDAILY.NET, MALAYSIA.

Sedarah tetapi tidak menjamin keselamatan.

Tan Melaka: Posted on Tuesday, August 24 @ 19:38:00 PDT by paktam

Hubungan Indonesia Malaysia tidak pernah stabil oleh kerana di pihak Indonesia senantiasa siap sedia dengan pasukan yang akan mengambil kesempatan untuk mencetuskan berbagai-bagai tindakan permusuhan terhadap Malaysia apabila ada isu-isu yang mudah membakar.

Mereka akan bertindak ganas dan jahat tanpa mendapat maklumat yang cukup. Terkini ialah kerana marahkan Malaysia menahan anggota Penguat kuasa Perikanan Indonesia yang mengganggu nelayan Malaysia menangkap ikan di kawasan perairan Malaysia berhampiran dengan Johor

Pasukan Gerakan Marin Malaysia terpaksa berbuat demikian untuk menyelamatkan nelayan-nelayan Malaysia yang ditangkap Penguat kuasa Perikanan Indonesia.

Sebaik sahaja berita ini tersebar maka kumpulan Penunjuk Perasaan Upahan telah menceroboh kedutaan Malaysia di Jakarta. Mereka ini seolah-olah bersedia bila-bila masa untuk bertindak dalam isu-isu sensitif hubungan Malaysia-Indonesia.

Siapakah di belakang penunjuk-penunjuk perasaan ini? Kerajaan asing atau orang politik Malaysia, tidak dapat dipastikan tetapi yang sudah pasti ialah cukup mudah untuk mengumpul orang mengadakan tunjuk perasaan di Indonesia.

Sementara media Malaysia memperkecil berita-berita yang boleh menimbulkan salah faham antara kedua negara atau mengeruhkan lagi hubungan, media Indonesia memanaskannya seolah-olah tidak senang dengan kedamaian hubungan kedua negara.

Satu SMS yang baru diterima daripada seorang kawan di Jakarta menyatakan: “Nampaknya semakin hari semakin buruk media massa di seluruh Indonesia mengutuk, mencaci, menghina dan mengancam Malaysia. Mereka sudah tidak peduli lagi dengan persefahaman media antara dua negara.

“Apa yang mereka siarkan adalah untuk memanaskan situasi dan membenci negara kita. Media mereka menyiarkan pembohongan besar kepada rakyat Indonesia. Bukan nelayan kita yang mencuri ikan, sebaliknya mereka yang menceroboh perairan kita ganggu nelayan kita.”

Sesungguhnya rakyat Malaysia mempunyai sebab yang lebih besar untuk mengadakan tunjuk perasaan. Dari semasa ke semasa mereka DIROMPAK, DISAMUN dan DIBUNUH, ANAK ISTERI DIROGOL atau DICEDERA PARAHKAN oleh orang INDONESIA.

Orang Malaysia sangat tinggi toleransi mereka sehingga sekarang ini kejadian itu telah diterima sebagai suatu keharusan demi melanjutkan pembangunan negara yang memerlukan tenaga asing.

Apa yang harus dilakukan oleh Kedutaan Indonesia di Malaysia ialah meminta media Indonesia menyebarkan juga berita-berita tentang kejahatan orang Indonesia melakukan rompakan, menyamun, menyeludup, mengedar dadah di Malaysia dan juga berita tentang hukuman berat yang telah dikenakan ke atas mereka.

Perbuatan orang-orang Indonesia ini telah menjatuhkan maruah bangsa Indonesia dan mencemarkan nama negara itu. Mereka juga telah menyebabkan pandangan serong rakyat Malaysia terhadap orang Indonesia yang kebanyakannya datang ke Malaysia untuk mencari rezeki secara halal.

Bahawa orang-orang jahat Indonesia ini telah ditembak mati oleh Pasukan Keselamatan Malaysia dari semasa ke semasa sewajarnya disiarkan secara besar-besaran oleh media Indonesia untuk menakutkan mereka yang hendak ke Malaysia dengan tujuan jahat.

Tunjuk perasaan tidak akan menebus maruah bangsa Indonesia selagi ramai orang Indonesia yang hidup ATAS KEMAKMURAN MALAYSIA, termasuk menjadi perompak, penyeludup, pengedar dadah, penculik dan sebagainya.

Berasaskan kepada perkembangan yang berlaku sejak kedatangan besar-besaran tenaga kerja Indonesia ke Malaysia, sewajarnya orang Melayu Malaysia keluar dari sentimen sedarah sedaging, sebaliknya menjadi realis dan pragmatik untuk menerima hakikat pertukaran budaya antara kaum yang telah berlaku dalam masyarakat Malaya dan Malaysia telah membolehkan kita hidup dalam keadaan harmoni dan hormat-menghormati melampaui batas budaya, agama dan bangsa.

APA KATA TRANUNGKITE.NET, MALAYSIA.

Mengapa beraninya hanya pada Malaysia, pada Singapura tidak?

Oleh: Afriadi Sanusi: Sumber tulisan:  http://www.adi-rawi.blogspot.com

SEORANG Profesor Singapura menulis dalam sebuah artikelnya; Kebanyakan rumah mewah yang ada di Singapura, Kebanyakan uang yang beredar di Singapura adalah punya orang Indonesia. Kebanyakan pembangunan yang ada di Singapura, dibangun dari uang yang datangnya dari Indonesia.

Dan di saat Singapura mengadakan Grand Sale setiap tahunnya, lebih 2 juta orang Indonesia datang belanja ke sana..” Seorang sahabat di Singapura pernah mengatakan, “dari jalan ini sampai ke ujung sana dulunya adalah lautan, dan sekarang menjadi daratan cantik yang ditimbun dengan pasir yang didatangkan dari pulau-pulau kecil di Riau”. Apa yang sebenarnya kita dapatkan dari Singapura?

Pertama, TKI laki-laki dari Indonesia diharamkan bekerja dan mencari nafkah di Singapura seperti di bidang pembangunan, kuli kasar, buruh dan sebagainya. Singapura lebih memilih warga negara lain daripada WNI, dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal.

Kedua, banyak orang mengatakan dan dari sumber lainnya, “Satu per satu pulau-pulau kecil di Riau hilang karena pasirnya diangkut ke Singapura.

Ketiga, identitas orang Melayu yang identik dengan Islam seperti istana, rumah, perkampungan orang Melayu, dihilangkan. Adat dan budaya melayu dimuseumkan. Azan diharamkan menggunakan pengeras suara di semua masjid dan surau di Singapura.

Keempat, pemerintah Singapura melayani dan melindungi koruptor RI yang telah membuat rakyat RI sengsara selama ini (karena hak-hak rakyat untuk mendapatkan pendidikan, rumah sakit, infrastruktur, makan dan tempat tinggal yang baik terjajah dan terzalimi), dengan tidak mau menandatangani perjanjian ekstradisi.

Kelima, banyak rakyat, nelayan dan petugas kita diacungi senjata berat dan diusir dengan pengeras suara karena disangka telah melintasi garis batasan laut kepunyaan Singapura.

Malaysia Lebih Baik dari Singapura “Sejahat” apapun Malaysia, saat ini ada 2 juta orang lebih WNI yang sedang mencari rezeki di Malaysia untuk nafkah keluarga mereka di RI. Triliyunan uang TKI dikirim ke Indonesia setiap tahunnya.

Dapat dibayangkan, bagaimana dampak sosial, ekonomi dan budaya yang akan berlaku di Indonesia kalau TKI pulang sekaligus. Faktanya, TKI-lah sebenarnya “pahlawan” yang harus dilindungi, karena mereka penyumbang devisa negara.

Di saat lain, ada banyak institusi yang keberadaannya hanya menghambur-hamburkan uang negara. Kegunaan mereka sangat perlu dipertanyakan di saat keberadaan mereka tidak memberikan manfaat yang berarti kepada rakyat. Ibarat pepatah Arab, ”wujuduhu ka adamihi.” (adanya seperti tidak adanya).

Dengan kata lain, ada atau tidak adanya mereka, sama saja. Tak memberi manfaat. Ribuan orang Indonesia sedang belajar S2 & S3 di Malaysia saat ini. Kebanyakannya mendapat bantuan atau keringanan biaya dari pemerintah Malaysia dan banyak juga yang sambil bekerja. Uang kuliah di perguruan tinggi negeri Malaysia lebih murah dari Indonesia.

Kualitas, infrastruktur dan kemudahan lainnya jauh lebih baik dari di Indonesia tentunya. Sebagai warga asli Indonesia, penulis tidak merasa sakit hati kalau ditilang oleh polisi Malaysia.

Karena kami yakin, uang itu pasti akan masuk ke dalam kas negara untuk pemerintah Malaysia memperbaiki jalan, jembatan, lampu jalan yang aku gunakan setiap hari di negara ini. Sebalinya, saya sering sakit hati jika ditilang oleh polisi Indonesia. Karena kami yakin, uang itu belum tentu masuk kas negara.

Bahkan ada yang masuk pribadi polisi, keluarga dan golongannya tanpa dikembalikan kepada ke negara untuk membangun infrastruktur. Lalu yang sangat mengherankan, isu-isu yang sebenarnya bisa diselesaikan di tingkat diplomat, tetapi menjadi barang dagangan pasar yang dikonsumsi oleh rakyat umum.

Boleh jadi isu ini sepertinya dimanfaatkan oleh segelintir orang yang memang memiliki agenda, bagaimana supaya Islam, Melayu dan Nusantara yang kaya dengan SDM & SDA ini, tidak menjadi sebuah kekuatan. Mengapa rakyat di negaraku begitu mudah emosi?

Pengalihan Isu Isu-isu penangkapan Abubakar Ba‘asyir, isu VCD porno artis, isu teroris, dan sebagainya, faktanya tidak berhasil mengalihkan perhatian rakyat terhadap berbagai skandal perampokan uang rakyat melalui kasus BLBI, Century, Rekening Gendut Polisi, kenaikan BBM dan harga bahan pokok, penangkapan Susno Duadji, buruknya birokrasi dan pelayanan publik, maraknya korupsi, pelemahan KPK, gagalnya sebuah kepemimpinan, meningkatnya jumlah kemiskinan, pengangguran, perbuatan kriminal, buta huruf dan gagalnya hampir setiap departemen dan institusi pemerintahan, dalam memberikan manfaat keberadaan mereka yang berarti kepada rakyat. Isu “memanasnya” hubungan Indonesia-Malaysia tidak akan membuat rakyat lupa terhadap semua penipuan, pembodohan dan “perampokan” uang rakyat yang telah, sedang dan akan berlaku.

Damaikanlah Saudaramu Pakar Melayu Prof. Dr. Dato’ Nik Anuar Nik Mahmud dari Institut Alam dan Tamadun Melayu, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) dalam sebuah wawancara khusus dengan hidayatullah.com [“Ada Kuasa Besar Halangi Terbentuknya Melayu Raya], mengatakan, dalam buku-buku sejarah Melayu yang ditulis sebelum perang dunia ke-2, seperti “Sejarah Melayu” yang ditulis oleh Abdul Hadi dan Munir Adil, wilayah Semenanjung dan Indonesia dianggap sebagai alam “Melayu Raya”.

Mereka menamakan tanah Melayu; Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Johor, Kelantan, Pattani, dan lainnya sebagai “alam Melayu”, atau di Indonesia dikenal istilah Nusantara. Yaitu wilayah Semenanjung tanah Melayu dan gugusan tanah Melayu. Sejarah ini diajarkan kepada pelajar-pelajar Melayu sebelum Perang Dunia ke-2.

Saat itu, ada semangat untuk memulai kembali bersatunya Melayu. Intinya, ada hasrat untuk bersatu. Kalau mau jujur, semua suku di Indonesia ada di Malaysia: Jawa, Bugis, Aceh, Minang. Kini banyak orang Jawa di Johor, juga di Selangor.

Termasuk banyak warga Aceh di Malaysia. Negeri sembilan sebagian penduduknya dari Minangkabau. Bahkan Sultan Selangor itu berasal dari Bugis. Jadi seharusnya, semangat kita (Indonesia dan Malaysia) adalah semangat “satu rumpun” untuk bekerjasama untuk bangunkan alam Melayu ini.

Hanya saja, jika berpecah, mustahil, bangsa Melayu tumbuh menjadi bangsa yang besar.  Aksi ingin mengajak perang dengan Malaysia, pelemparan kotoran ke Kedutaan Malaysia, sweeping warga Malaysia pasti akan menyakitkan hati dan membuat hubungan bukan makin mendekat, tapi malah menjauh.

Walaupun gerakan LSM Bendera tidak mewakili gerakan orang-orang cerdas di Indonesia, seperti Senat Mahasiswa, Muhammadiyah, ICMI, HMI, dll., namun warga Indonesia harus lebih peka dan mencari tahu, siapakah LSM ini?

Ada apa di balik agenda mereka? Apakah mereka bergerak untuk kepentingan partai politik tertentu, ataukah untuk menaikkan partai dan pemimpin tertentu, ataukah mereka dibiayai oleh pihak asing untuk menghancurkan rumpun Melayu?

Di sisi lain, biasanya, isu-isu yang akan memungkinan pecahnya hubungan Malaysia-Indonesia jarang ditanggapi dan dibesar-besarkan media Malaysia. Namun akhir-akhir ini, khususnya pemberitaan ‘ketegangan’ hubungan Indonesia-Malaysia, ditanggapi berbagai pihak. Termasuk pakar politik di berbagai media massa, seperti oleh Samy Vellu, Bernama dll.

Ada dua kemungkinan mengapa mereka menanggapinya.

Pertama, untuk membangkitkan rasa nasionalisme rakyat menjelang hari kemerdekaan Malaysia yang jatuh pada setiap tanggal 31 Agustus.

Kedua, mungkin juga dimanfaatkan oleh keturunan China dan India Malaysia yang memang kurang suka dengan hubungan baik Indonesia-Malaysia.

Karena ini akan menguatkan kepentingan mereka dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya dan pembangunan di Malaysia. Apakah kita akhirnya memutuskan “berperang” dengan Malaysia?

Apakah kita tetap ngotot mengajak perang dengan Negara yang di dalamnya banyak keturunan Melayu Riau, Palembang, Aceh, Bugis, Minang, Mandailing, Rao, Jambi, Kerinci, Jawa, karena kita seagama Islam dan satu rumpun melayu?

Di saat yang sama, sudah ratusan kali pasir kita dicuri, minyak kita diselundupkan, tapi kenapa kita selama ini tidak membenci Singapura yang menguras minyak kita dengan Caltexnya? yang menguras gas kita dengan Harunnya dan sebagainya, tanpa memberikan dampak yang berarti terhadap pembangunan, ekonomi dan sosial rakyat?

Apakah kita takut pada Singapura karena mereka memiliki peralatan perang yang sangat canggih dan jauh meninggalkan Indonesia?

Ataukah kita sengaja dibuat takut, karena para pejabat kita banyak yang memiliki hubungan mesra dengan Singapura yang menyimpan uang mereka dalam bentuk saham dan investasi?.

Malaysia secara tidak resmi telah melarang rakyatnya datang ke Indonesia. Kalau ini berlanjut, pasti semua ini akan memberikan pengaruh terhadap perusahaan penerbangan, hotel, pariwisata, tempat berbelanja, investor di Indonesia.

Kalau sengketa ini berlanjut di tingkat pemerintah, maka akan sama-sama kita dengar, tiga, lima bulan lagi. Malaysia akan membeli peralatan perang yang baru, Amerika pula akan menawarkan “jasanya” pada TNI untuk memberikan pinjaman utang, untuk membeli peralatan perangnya yang katanya, harga sebuah kapal perang bekas saja, sama dengan harga sebuah pulau besar di Indonesia.

Namun sebelum itu terjadi, ada sebuah pesan dari al-Quran. “Sesungguhnya orang beriman itu adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah semoga kamu mendapat rahmat.” (QS: al-Hujurat ayat 10)

***Penulis yang berasal dari Sumatera, PhD. Candidate Islamic Political Science, University of Malaya, Kuala Lumpur. Sila baca: http://adi-rawi.blogspot.com/GERAKAN MASYARAKAT OPOSISI, KRITIS DAN INDEPENDENT DEMI NKRI WAJAH BARU.

Adakah negara asing dalang krisis Malaysia Indonesia ?

Komentar Oleh: amkns: Posted on Thursday, August 26 @ 16:00:00 PDT

“Adakah pihak ketiga atau negara asing yang mendalangi tunjuk perasaan di kedutaan Malaysia di Indonesia ? Tidak mustahilkan. Apakah tidak ada berlaku kes penganiayaan pembantu rumah dan pencerobohan nelayan di negara lain selain Malaysia ? Tidak mustahilkan.

Kenapa perlu provokasi, sedangkan ramai Melayu dari Malaysia yang menjadi rakyat Malaysia sebelum merdeka, sejak berkurun lama berasal dari Indonesia. Perdana Menteri sendiri berdarah Bugis rasanya. Ramai Jawa di Selangor, Minang di Gombak dan seterusnya.

Rakyat Malaysia khususnya orang Melayu harus berhati-hati akan setiap provokasi. Akhbar di Malaysia pun ada unsur provokasi, iaitu akhbar berbahasa Inggeris.

Kita di Malaysia dan Indonesia ialah 1UMAT, Umat yang Satu, Umat Islam.

+++++++++++++++

Jika Malaysia dan Indonesia putus hubungan, apakah salah satu dari dua negara ini akan dijadikan adik beradik oleh Singapura? Singapura yang tersepit di tengah bersorak riang.